Sunday, May 8, 2011

antara pemikiran timur dan barat

ANTARA TIMUR DAN BARAT
        Menjadi suatu tanda tanya besar mengenai definisi kongkrit antara barat dan timur. Berbagai pakar mencoba mendefinisikanya mulai dari tinjauan budaya, agama, dan bahkan wilayah yang nantinya memunculkan pendefinisian antara timur dan barat sebagai dimensi wilayah imajiner oleh Edward Said, tapi sebuah image yang langsung akan muncul dalam benak setiap muslim ketika dihadapkan dengan penindasan terhadap saudaranya yang disitu terdapat campurtangan barat maka mereka langsung mendefinisikan barat sebagai ahlikitab.
        Mengutip pendapat Jamaluddin al-Afgan, yang dimaksud Timur ialah Islam dan barat ialah Kristen, lebih lanjut para penulis barat lebih senang mengatakan dunia timur sebagai Islamdom dan dunia barat sebagai Christendom. Tak mau kalah, Islam pun sejak dulu telah mengenal istilah Dar al-Mukmin dan Dar al-Harb.Istilah timur juga dapat dinisbatkan kepada Islam karena agama ini lahir di belahan dunia bagian timur yang oleh barat diidentifikasikan dengan wilayah timur tengah.
      Pengkajian terhadap barat sendiri atau yang dikatakan oleh bahasa Hasan Hanafi dengan istilah al-istigrob atau Oksidentalisme menemukan bahwa kemunculan istilah barat memiliki dua basis, yang pertama ialah basis spiritual dan yang kedua ialah basis intelektual dimana yang menjadi pusat dari basis pertama ialah yahudi dan nasroni, sedang yang menjadi pusat dari basis kedua ialah romawi dan yunani yang murni merupakan wilayah barat. Kedua basis tersebut kemudian bertemu dan menyatu pada tahun 312 M dengan dijadikanya agama kristen sebagai agama resmi dari Konstatinopel yang notabene merupakan wilayah koloni yunani.
      Pengkajian terhadap dunia barat oleh Islam muncul dalam rangka menyikapi tindakan-tindakan Orientalis yang bergerak menghantam terus-menerus tiang agama Islam berawal dari rasa tertantang kaum gereja dengan pesatnya perkembangan Islam maka muncullah berbagai upaya yang nampak ketika perang salib (the Crusader). Selama perang salib, barat berhasil membangun sikap pengikut kristiani untuk memusuhi Islam berbagai upaya mereka gencarkan mulai dari hasutan, fitnah dan reduksi informasi.
          Kekalahan kaum gereja dalam perang salib semakin membakar semangat mereka dalam menciptakan sikap memusuhi dan upaya menghancurkan Islam sebagai rasa apologetik atau penyesalan. Dari sini mulai muncul gerakan-gerakan khusus dalam upaya-upaya picik mereka. Petrus Venerabilis seorang kepala biara Cluni ketika berkunjung ke Toledo pada abad ke-12 dengan rencana membasmi kepercayaan hiretik membentuk dan membiayai sebuah tim untuk menerjemah teks-teks arab sebagai pijakan kaum misionaris dalam mengkaji Islam yang hasil dari penterjemahan itu dinamakan sebagai Cluniac Corpus.
          Walaupun perang salib yang berlangsung selama dua abad telah berakhir, namun hakikat dari perang itu masih membara sampai sekarang. Hal itu bisa dilihat melalui wacana-wacana penulis barat seperti Islam and The West karya Philp K. Hitti, The Making of an Image karya Norman Daniel dan karya lain-lain seperti Call af The Minaret yang sangat tampak di situ rasa pertentangan mereka terhadap Islam. Bahkan banyak diantara mereka yang secara tidak Objektif menghujat Islam dan menghina Nabi Muhammad SAW dengan mengatakanya sebagai seseorang yang terkena epilepsi seperti Gilbertus Voitus bahkan Philip K. Hitti mengatakan Nabi Muhammad adalah seseorang yang terkena penyakit ayan.terlepas benar tidaknya argumen ini.
          Dalam perkembanganya, ternyata apa yang diupayakan oleh barat tidak selamanya tidak berguna bagi perkembangan Islam. Banyak karya-karya ilmuan barat yang sejatinya membantu dalam pengkajian topik-topik yang belum tersingkap oleh ilmuan muslim sendiri. Jadi sikap yang perlu dibangun dan ditanamkan bagi kaum muslimin saat ini ialah keterbukaan terhadap karya mereka dan mengkaji untuk mengambil hal-hal baik dari kaum Orientalis dan tentunya menignggalkan yang buruk sesuai qo’idah al-fiqhiyah “al-muhafadhuh ‘ala al-qodim ash-sholih wa-al ahdhu bi al-jadid al-ashlah”.
          sebenarnya tidak semua dari bangsa barat adlah memusuhi Islam, diantara mereka ada yang bahkan simpatik dengan melakukan bantuan baik kesehatan dan pendidikan ke beberapa negara Islam. dari sinilah sangat diharapkan adanya suatu nilai harmonisasi antara keduanya dalam menjalinhubungan sesama manusia dalam rasa saling menghormati (respectable). karena pada dasarnya islam atau kristenya seseorang bukanlah salah orang tersebut, kebanyakan orang yang memeluk Islam jika ditelusuri alasanya ialah karena ayah ibunya Islam, begitu halnya dengan orangkristen yang kebanyakan alasan mereka memeluk agama kristen ialah karena ia dilahirkan oleh orangtua yang beragama kristen.
        Diperlukanya sikap terbuka kiranya menjadi sesuatu yang sangat urgen, karena jika kaum muslimin tidak memikirkanya dengan cara apa mereka bisa menagkis serangan serangan barat, begitu pula dengan cara apa mereka dapat menghindar dari rencana-rencana mereka, padahal pengetahuan akan taktik dan strategi mereka sangat penting dalam melindungi keutuhan Timur sendiri serta agar tidak mudah dijadikan sebagai boneka Barat. Sebagaimana OKI (Organisasi Konferensi Islam) yang tidak mampu berbuat apa-apa ketika amerika—yang mengaku sebagai pemimpin Barat—berbuat olah terhadap negara Islam.
           Sutu sisi Timur harus bersikap seperti K.H. Abdurrahman Wahid yang mau mendekati mereka dalam strategi menggiring Barat secara halus untuk melepas penjajahan mereka terhadap Timur sebagaimana sikap beliau terhadap zionis Israel, bahkan disitu beliau dijadikan sebagai dewan penasihat Isra’el. Tapi satu sisi kita juga harus bersikap seperti jamaluddin Al-Afgan yang sangat keras terhadap Barat. Walau pun berbeda sikap terhadap Barat, kedua tokoh tersebut sama-sama membuka tangan dalam kesediaan mengkaji barat.
Pengaruh Barat
       yang perlu dicegah ialah prinsip Barat saat ini sudah yang sangat membabibuta masuk kedalam agama dunia timur, dan hal ini tentunya dikhawatirkan akan menimbulkan persepsi bahwa yang yang menjadi motif barat bukanlah dunia politik, namun motif yang dipakai ialah agama.

Wednesday, February 23, 2011

FALSAFATUNA (AYATULLAH MUHAMMAD BAQIR ASH-SHADR)

FALSAFATUNA (AYATULLAH MUHAMMAD BAQIR ASH-SHADR)
RESENSI
Dipersembahkan kepada :
 :
Dr. H. FAUZAN NAIF, MA.

Oleh : 
MUHAMMAD BARIR 


 TAFSIR HADITS USHULUDDIN, STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGJAKARTA
2010
           Falsafatuna Dirosah maudhu’iyah fi mu’tarok al-shira’ al-fikry al-qoim bin mukhtalaf at-thoyaroh al-falsafiyah wal falsafah al-slamiyah wa al-madaniyah ad-diyaliktikiyah (al-marksiyah) karya syahid al-islam ayatulloh al-uuzhma as-sayid Muhammad baqir ash-shodr terbitan darul kitab al-islamiy. Qum, Iran, cetakan ke sepuluh 1401 H/1981 M penerjemah: M. Nur Mufid bin Ali Penyunting: Ilyas Hasan (merujuk bahasa Inggrisnya “Our philosophy) MENGENAI PENULIS “Habr al-Ummah” dari Bagdad*) Diterbitkan oleh penerbit Al-Mizan anggota IKAPI Jl. Yodkali 16, telp. 700931 Bandung (40124) 

RIWAYAT HIDUP
         Suatu hal yang menarik, bahwa ulama’, sarjana, guru, dan tokoh politik yang bernama lengkap Muhammad Baqir As-Sayid Haidar bin Isma’il As-Sadr yang dilahirkan di Kazimain, Baghdad, Irak pada tahun 1350 H/ 1931 M ini, berasal dari suatu keluarga yang menjadi sumber tokoh kenamaan di Irak, iran, dan Lebanon, ini terlihat dari butkti sejarah yakni : 1. Sayyid Shadr Ad-Din Ash-Shadr, menjadi seorang marja’ yakni orang yang menjadi otoritas rujukan tertinggi dalam madzhab syi’ah. 2. Muahmmad Ash-Shadr, seorang yang berperan penting dalam revolusi Irak melawan inggris dengan membentuk Haras Al-Istiqlal (pengawal kemerdekaan). 3. Musa ash-shadr, seorang pemimpin syi’ah di Lebanon. Pada usia empat tahun, beliau harus menjadi yatim karena ditinggal ayahnya menghadap tuhan yang memiliki kehidupan, kemudian menjadi piatu dengan wafatnya sang Ibunda menyusul ayahnya, setelah itu kakak beliau Isma’il—merupakan seorang mujtahid di Irak—juga turut meninggalkan beliau.
         Sejak kecil beliau telah menunjukan tanda-tanda kejeniusan, pada usia sepuluh tahun, beliau sudah memberi ceramah tentang sejarah islam, dan kultur budaya. Tak hanya itu, beliau juga sudah bisa menangkap isu-isu teologis yang sulit, tanpa bantuan seorang guru. Pada usia sebelas tahun beliau mengambil studi logika dan menyusun suatu buku yang mengkritik para filosof. Pada usia tiga belas tahun kakaknya memberinya pendalaman ilmu Ushul Ilm al-Fiqh (asas-asas ilmu hokum islam).
         di usia enam belas tahun beliau pergi merantau untuk menuntut berbagai disiplin ilmu ke Najaf. Empat taahun kemudian beliau menyusun sebuah buku bertajuk “Ghoyat Al-Fikr Fi-Al Ushul (pemikiran puncak dalam ushul)” pada usia dua puluh lima tahun beliau mengajar Baths Khorij (tahap akhir Ushul)—pada saat itu usia beliau lebih muda dari kebanyakan muridnya—dan pada usia tiga puluh tahun beliau sudah menjadi seorang mujtahid.
         Dalam bidang tulis-menulis beliau menggunakan kata-kata yang mengandung kritik tajam yang menyerang kolompok materialistic dan menawarkan konsep Islam sebagai gantinya dalam pandangan-pandangan tashdiq (penetapan benaranya sesuatu) . Selain itu beliau ketika dijadikan sebagai konsultan masalah perekonomian terkhusus perekonomian Islam. Beliau berargumen bahwa politik merupakan salah satu sarana perjuangan maka kaum muslimin sangat perlu dibakar semangatnya untuk ikut partisipasi dalam bentuk apapun. Dalam dunia polotik, beliau menjadi bapak dari Hizb Da’wah Al-Islamiyah sebuah partai politik yang bernuansakan islam. Sikap beliau mengakibatkan beliau harus keluar masuk tahanan dan dipindahkan dari satu kota ke kota lainya karena dituding keyakinan politiknya mengakibatkan gejolak dengan banyak ditentangnya rezim politik saat itu oleh masyarakat. Bahkan adik perempuanya turut berjuang dengan menentang terhadap penahanan seorang marja’. Pada tanggal 5 April 1980 beliau ditahan kembali bersama saudara perempuanya Bint al-Huda dan tiga hari kemudian dieksekusi di Baghdad. Jasad beliau di bawa ke najaf dan di makamkan di sana. 

BEDAH PEMIKIRAN FILSAFAT BAQIR AS-SADR  “FALSAFATUNA” 
         Sebagaimana pembahasan dalam ilmu filsafat lainnya, filsafat gaya Baqir as-Sadr juga masih berkutat dalam permasalahan pokok filsafat yakni tashdiq dan tashowwur atau pembenaran dan konsepsi. Konsepsi menjelaskan tentang bagaimana manusia berfikir mendalam tentang suatu peristiwa yang terjadi dengan kapasitas akalnya dan dengan mengakumulasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah lalu dalam sebuah tatanan sistematis sehingga menghasilkan out put yang memiliki tingkat kredibilitas dan validitas yang tinggi. Pembenaran atau tashdiq ialah suatu pandangan seorang manusia dalam menentukan bagus dan yang buruk; yang salah dan yang benar; dan yang baik dan yang jahat.
         Dalam karyanya, Baqir as-Sadr pertama-tama menunjukan beberapa pandangan tokoh-tokoh filosof dari berbagai aliran, mulai dari filosof yang murni berpegang pada akal sebagai postulat seperti kelompok empirik sampai filosof yang melakukan kombinasi antara peran akal dan peran wahyu. Mengenai konseptualitas dia berada pada posisi tengah dengan tidak begitu bercorak rasional dan juga tidak terlalu bercorak konservatif walaupun juga tampak bahwa tingkat porsi akal as-Sadr lebih tinggi.
         Dia menolok pendapat kaum empirik yang terlalu berpedoman pada konsep kausalitas yang menyatakan bahwa segala sesuatu pasti ada sebabnya, dalam hal ini dia menyerang mereka dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang kehendak, kesukaan seseorang yang bersifat relatif, dan hal-hal lain yang bersifat intuisi yang kesemuanya tidak ditemukan sebab yang mendasari munculnya hal-hal di atas. Dia juga tidak begitu sefaham dengan kelompok yang terlalu konservatif dengan mengemukakan bahwa bagaimanapun bentuk pemrosesan suatu hal yang terjadi masih saja dibutuhkan panca indera sebagai pitnu depan dalam melakukan pembacaan terhadap suatu perso’alan, dia menyebut hal itu sebagai konsepsi pirmer.
         Pandangan Baqir as-Sadr juga mengarah pada permasalahan tashdiq atau pembenaran dimana persoalan ini memprioritaskan bagaimana manusia mampu memahami yang baik dan yang buruk dan memilih mana yang benar dan meninggalkan yang salah. Dia memahami bahwasanya tashdiq itu bisa diperoleh atau dalam artian manusia itu dapat mengetahui yang baik dan yang buruk itu melalui dua hal. Yang pertama ialah secara intuitif atau alamiah nurani dimana manusia dengan penjiwaanya mampu mengetahui benar dan salah tanpa harus melalui pemikiran panjang, seperti dua merupakan sebagian dari empat; lawan dari barat ialah timur; lawan atas ialah bawah; dan lain sebagainya. Beberapa contoh diatas dimengerti oleh akal secara langsung.
         Kedua, ialah secara teoritis, dalam buku falsafatuna baqir as-sadr mengemukakan suatu metode dimana suatu kebenaran itu tidak dapat diperoleh kecuali dengan pengalaman yang telah ada yang merupakan hasil penelitian dan pemikiran sebelumnya. Seperti pernyataan bahwa bumi itu bulat; bumi itu mengelilingi matahari; bulan adalah satelit bumi; dan sebagainya yang kesemua itu dapat diketahui melalui jalan empiric atau pembuktian.
         Terlepas dari itu semua islam memposisikan dirinya pada puncak kitab diantara berbagai kitab lainya dalam artian pembuktian yang dilakukan secara historis yang diyakini kebenaranya menempatkan islam dengan al-Qur’anya sebagai kitab yang paling otentik. Tapi kelemahan doktrin ini, sebagaimana yang dijelaskan as-Sadr ialah tidak memercayai suatu presepsi masa depan yang belum terjadi karena sesuatu yang belum terjadi merupakan sesuatu yang belum memiliki bukti.
         Pemikiran-pemikiran Baqir as-Sadr di atas memberi sinyal bagi manusia dalam berfikir mencari kebenaran haruslah tidak melupakan aspek kejadian yang telah terjadi sebelumnya dan bagaimana metode penyelesaian dari persoalan tersebut yang kesemuanya merupakan pengalaman yang dijadikan pijakan dalam memutuskan sesutu. Kiranya benar kata plato bahwa pengetahuan baru didapat dari pengetahuan lama yang difikirkan terus-menerus. Lebih lanjut rosulullah bersabda “Hikmah merupakan sesuatu yang hilang dari jati diri seorang mu’min” maka dari itu hikmah harus terus dicari.

Tuesday, February 22, 2011

JEJAK KEHIDUPAN

Dari perjalanan hidup ternyata tahun satu dengan yang lain berbeda rasa menjalaninya, hari satu dengan yang lain tak sama rasa dan suasana, jam satu dengan yang lainya pun demikian, bahkan detik juga ternyata mengalami hal yang serupa. banyak hal sudah terlalui...... mulai dari pertama dilahirkan detik berganti detik siang berganti malam terbit matahari di jagat timur terhapus dan tenggelam di jagat barat. tak tahu apakah bisa menjadi teladan atau tidak untuk jejak langkah berikutnya, karna manusia yang baik ialah manusia yang dapat mengambil pelajaran dari apa yang pernah ia ketahui, bahkan plato mengatakan "hakikat pengetahuan ialah mengingat", mengingat tidak hanya dijadikan sebagai Koleksi fikiran tapi harus diwujutkan kedalam realitas kehidupan. Dalam al qur'an tercantum "wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dan lihatlah raga(keadaan) sebelumnya untuk hari esok" jika manusia tidak dapat menjadikan masa lalu sebagai batu loncatan meraih kehidupan yang lebih baik maka dua kemungkinan yang dihadapinya pertama, ia sama dengan masa lalunya dan jika seperti ini manusia menjadi orang yang merugi. ke dua, manusia hidup lebih buruk. dan jika ini adanya dia lebih baik mati jika tidak mau bangkit kembali.....